Monday, February 23, 2009

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HIDROCEPALUS

1 comments

A. Defenisi

Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid.

Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor.

Beberapa type hydrocephalus berhubungan dengan kenaikan tekanan intrakranial.

3 (Tiga) bentuk umum hydrocephalus:

1. Hidrocephalus Non – komunikasi (nonkommunicating hydrocephalus)

Biasanya diakibatkan obstruksi dalam system ventrikuler yang mencegah bersikulasinya CSF.

Kondisi tersebut sering dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan dengan malformasi congenital pada system saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space occuping lesion) ataupun bekas luka.

Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi lesi pada system ventricular atau bentukan jaringan adhesi atau bekas luka didalam system di dalam system ventricular.

Pada klien dengan garis sutura yag berfungsi atau pada anak – anak dibawah usia 12 – 18 bulan dengan tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda – tanda dan gejala – gejala kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak – anak yang garis suturanya tidak bergabung terdapat pemisahan / separasi garis sutura dan pembesaran kepala.

2. Hidrosefalus Komunikasi (Kommunicating hidrocepalus)

Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP)

3. Hidrosefalus Bertekan Normal (Normal Pressure Hidrocephalus)

Di tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan kompresi jaringan serebral, dapat terjadi atrofi serebral.

Tekanan intrakranial biasanya normal, gejala – gejala dan tanda – tanda lainnya meliputi ; dimentia, ataxic gait, incontinentia urine. Kelainan ini berhubungan dengan cedera kepala, hemmorhage serebral atau thrombosis, mengitis; pada beberapa kasus (Kelompok umur 60 – 70 tahun) ada kemungkinan ditemukan hubungan tersebut.



B. Fisiologi Cairan Cerebro Spinalis

1. Pembentukan CSF

Normal CSF diproduksi + 0,35 ml / menit atau 500 ml / hari dengan demikian CSF di perbaharui setiap 8 jam.

Pada anak dengan hidrosefalus, produksi CSF ternyata berkurang + 0, 30 / menit. CSF di bentuk oleh PPA;

a) Plexus choroideus (yang merupakan bagian terbesar)

b) Parenchym otak

c) Arachnoid

2. Sirkulasi CSF

Melalui pemeriksaan radio isotop, ternyata CSF mengalir dari tempat pembentuknya ke tempat ke tempat absorpsinya. CSF mengalir dari II ventrikel lateralis melalui sepasang foramen Monro ke dalam ventrikel III, dari sini melalui aquaductus Sylvius menuju ventrikel IV. Melalui satu pasang foramen Lusckha CSF mengalir cerebello pontine dan cisterna prepontis. Cairan yang keluar dari foramen Magindie menuju cisterna magna. Dari sini mengalir kesuperior dalam rongga subarachnoid spinalis dan ke cranial menuju cisterna infra tentorial.Melalui cisterna di supratentorial dan kedua hemisfere cortex cerebri.

Sirkulasi berakhir di sinus Doramatis di mana terjadi absorbsi melalui villi arachnoid.


C. Patofisiologi

Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency. Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan.Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel laterasl dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klein dengan type hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.

Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan absorbsi total akan menyebabkan kematian.

Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang pada didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.


D. Etiologi dan Patologi

Hydrosephalus dapat disebabkan oleh kelebihan atau tidak cukupnya penyerapan CSF pada otak atau obstruksi yang muncul mengganggu sirkulasi CSF di sistim ventrikuler. Kondisi diatas pada bayi dikuti oleh pembesaran kepala. Obstruksi pada lintasan yang sempit (Framina Monro, Aquaductus Sylvius, Foramina Mengindie dan luschka ) pada ventrikuler menyebabkan hidrocephalus yang disebut : Noncomunicating (Internal Hidricephalus)

Obstruksi biasanya terjadi pada ductus silvius di antara ventrikel ke III dan IV yang diakibatkan perkembangan yang salah, infeksi atau tumor sehingga CSF tidak dapat bersirkulasi dari sistim ventrikuler ke sirkulasi subarahcnoid dimana secara normal akan diserap ke dalam pembuluh darah sehingga menyebabkan ventrikel lateral dan ke III membesar dan terjadi kenaikan ICP.

Type lain dari hidrocephalus disebut: Communcating (Eksternal Hidrocephalus) dmana sirkulasi cairan dari sistim ventrikuler ke ruang subarahcnoid tidak terhalangi, ini mungkin disebabkan karena kesalahan absorbsi cairan oleh sirkulasi vena. Type hidrocephalus terlihat bersama – sama dengan malformasi cerebrospinal sebelumnya.


E. Tanda dan Gejala

Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol, lama kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang karakteristik oleh peningkatan dimensi ventrikel lateral dan anterior – posterior diatas proporsi ukuran wajah dan bandan bayi.

Puncak orbital tertekan kebawah dan mata terletak agak kebawah dan keluar dengan penonjolan putih mata yang tidak biasanya.

Tampak adanya dsitensi vena superfisialis dan kulit kepala menjadi tipis serta rapuh.

Uji radiologis : terlihat tengkorak mengalami penipisan dengan sutura yang terpisah – pisah dan pelebaran vontanela.

Ventirkulogram menunjukkan pembesaran pada sistim ventrikel . CT scan dapat menggambarkan sistim ventrikuler dengan penebalan jaringan dan adnya massa pada ruangan Occuptional.

Pada bayi terlihat lemah dan diam tanpa aktivitas normal. Proses ini pada tipe communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat terus dengan menyebabkan atrofi optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan kematian, jika anak hidup maka akan terjadi retardasi mental dan fisik.


F. Diagnosis

1. CT Scan

2. Sistenogram radioisotop dengan scan.


G. Perlakuan

1. Prosedur pembedahan jalan pintas (ventrikulojugular, ventrikuloperitoneal) shunt

2. Kedua prosedur diatas membutuhkan katheter yang dimasukan kedalam ventrikel lateral : kemudian catheter tersebut dimasukan kedalasm ujung terminal tube pada vena jugular atau peritonium diaman akan terjadi absorbsi kelebihan CSF.


H. Penatalaksanaan Perawatan Khusus

Hal – hal yang harus dilakukan dalam rangka penatalaksanaan post – operatif dan penilaian neurologis adalah sebagai berikut :

1) Post – Operatif : Jangan menempatkan klien pada posisi operasi.

2) Pada beberapa pemintasan, harus diingat bahwa terdapat katup (biasanya terletak pada tulang mastoid) di mana dokter dapat memintanya di pompa.

3) Jaga teknik aseptik yang ketat pada balutan.

4) Amati adanya kebocoran disekeliling balutan.

5) Jika status neurologi klien tidak memperlihatkan kemajuan, patut diduga adanya adanya kegagalan operasi (malfungsi karena kateter penuh);gejala dan tanda yang teramati dapat berupa peningkatan ICP.


Hidrocephalus pada Anak atau Bayi

Pembagian :

Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua (2);

1. Kongenital
Merupakan Hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan, sehingga ;
- Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil
- Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.

2. Di dapat
Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan penyebabnya adalah penyakit – penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak dimana pengobatannya tidak tuntas.

Pada hidrosefalus di dapat pertumbuhan otak sudah sempurna, tetapi kemudian terganggu oleh sebab adanya peninggian tekanan intrakranial.Sehingga perbedaan hidrosefalus kongenital denga di dapat terletak pada pembentukan otak dan pembentukan otak dan kemungkinan prognosanya..

Penyebab sumbatan ;

Penyebab sumbatan aliran CSF yang sering terdapat pada bayi dan anak–anak;

1. Kelainan kongenital

2. Infeksi di sebabkan oleh perlengketan meningen akibat infeksi dapat terjadi pelebaran ventrikel pada masa akut (misal; Meningitis)

3. Neoplasma

4. Perdarahan, misalnya perdarahan otak sebelum atau sesudah lahir.

Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua bagian yaitu:

a. Hidrosefalus komunikan
Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid, sehingga terdapat aliran bebas CSF dallam sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan.

b. Hidrosefalus non komunikan
Apabila obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem ventrikel sehingga menghambat aliran bebas dari CSF.

Biasanya gangguan yang terjadi pada hidrosefalus kongenital adalah pada sistem vertikal sehingga terjadi bentuk hidrosefalus non komunikan.


Manifestasi klinis

1. Bayi;

- Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun.

- Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi tegang, keras, sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.

- Tanda–tanda peningkatan tekanan intrakranial;
· Muntah
· Gelisah
· Menangis dengan suara ringgi
· Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil, lethargi – stupor.

- Peningkatan tonus otot ekstrimitas

- Tanda–tanda fisik lainnya;
· Dahi menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluh–pembuluh darah terlihat jelas.
· Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat seolah–olah di atas iris.
· Bayi tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”
· Strabismus, nystagmus, atropi optik.
· Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.

2. Anak yang telah menutup suturanya;

Tanda–tanda peningkatan tekanan intrakranial:
- Nyeri kepala
- Muntah
- Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas
- Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun.
- Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
- Strabismus
- Perubahan pupil.


ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Anamnese

1) Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.

2) Riwayat Perkembangan
- Kelahiran: prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis keras atau tidak.
Kekejangan: Mulut dan perubahan tingkah laku.
- Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
- Keluhan sakit perut.


Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi:
- Anak dapat melihat keatas atau tidak.
- Pembesaran kepala.
- Dahi menonjol dan mengkilat. Serta pembuluh darah terlihat jelas.

2) Palpasi
- Ukur lingkar kepala: Kepala semakin membesar.
- Fontanela: Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga fontanela tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.

3) Pemeriksaan Mata
- Akomodasi.
- Gerakan bola mata.
- Luas lapang pandang
- Konvergensi.
- Didapatkan hasil: alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas.
- Stabismus, nystaqmus, atropi optic.


Observasi Tanda–tanda vital
Didapatkan data sebagai berikut:
- Peningkatan sistole tekanan darah.
- Penurunan nadi / Bradicardia.
- Peningkatan frekwensi pernapasan.


Diagnosa Klinis:

- Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan lokalisasi dari pengumpulan cairan abnormal. (Transsimulasi terang)

- Perkusi tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi “ Crakedpot “ (Mercewen’s Sign)

- Opthalmoscopy : Edema Pupil.

- CT Scan Memperlihatkan (non – invasive) type hidrocephalus dengan nalisisi komputer.

- Radiologi: Ditemukan Pelebaran sutura, erosi tulang intra cranial.


2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Pre Operatif

1) Gangguan rasa nyaman: Nyeri sehubungan dengan meningkatnya tekanan intrakranial

Data Indikasi : Adanya keluahan Nyeri Kepala, Meringis atau menangis, gelisah, kepala membesar

Tujuan ; Klien akan mendapatkan kenyamanan, nyeri kepala berkurang

Intervensi :
- Jelaskan Penyebab nyeri.
- Atur posisi Klien
- Ajarkan tekhnik relaksasi
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian Analgesik
- Persiapan operasi

2) Kecemasan Orang tua sehubungan dengan keadaan anak yang akan mengalami operasi.

Data Indikasi: Ekspresi verbal menunjukkan kecemasan akan keadaan anaknya.

Tujuan : Kecemasan orang tua berkurang atau dapat diatasi.

Intervensi :
- Dorong orang tua untuk berpartisipasi sebanyak mungkin dalam merawat anaknya.
- Jelaskan pada orang tua tentang masalah anak terutama ketakutannya menghadapi operasi otak dan ketakutan terhadap kerusakan otak.
- Berikan informasi yang cukup tentang prosedur operasi dan berikan jawaban dengan benar dan sejujurnya serta hindari kesalahpahaman.

3) Potensial Kekurangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan intake yang kurang diserta muntah.

Data Indikasi; keluhan Muntah, Jarang minum.

Tujuan : Tidak terjadi kekurangan cairan dan elektrolit.

Intervensi :
- Kaji tanda – tanda kekurangan cairan
- Monitor Intake dan out put
- Berikan therapi cairan secara intavena.
- Atur jadwal pemberian cairan dan tetesan infus.
- Monitor tanda – tanda vital.


Post – Operatif

1) Gangguan rasa nyaman : Nyeri sehubungan dengan tekanan pada kulit yang dilakukan shunt.

Data Indikasi; adanya keluhan nyeri, Ekspresi non verbal adanya nyeri.

Tujuan : Rasa Nyaman Klien akan terpenuhi, Nyeri berkurang

Intervensi :
- Beri kapas secukupnya dibawa telinga yang dibalut.
- Aspirasi shunt (Posisi semi fowler), bila harus memompa shunt, maka pemompaan dilakukan perlahan – lahan dengan interval yang telah ditentukan.
- Kolaborasi dengan tim medis bila ada kesulitan dalam pemompaan shunt.
- Berikan posisi yang nyama. Hindari posisi p[ada tempat dilakukan shunt.
- Observasi tingkat kesadaran dengan memperhatikan perubahan muka (Pucat, dingin, berkeringat)
- Kaji orisinil nyeri : Lokasi dan radiasinya.

2) Resiko tinggi terjadinya gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan intake yang tidak adekuat.

Data Indikasi; Adanya keluhan kesulitan dalam mengkonsumsi makanan.

Tujuan : Tidak terjadi gangguan nutrisil.

Intervensi :
- Berikan makanan lunak tinggi kalori tinggi protein.
- Berikan klien makan dengan posisi semi fowler dan berikan waktu yang cukup untuk menelan.
- Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan terhindar dari bau – bauan yang tidak enak.
- Monitor therapi secara intravena.
- Timbang berat badan bila mungkin.
- Jagalah kebersihan mulut (Oral hygiene).
- Berikan makanan ringan diantara waktu makan.

3) Resiko tinggi terjadinya infeksi sehubungan dengan infiltrasi bakteri melalui shunt.

Tujuan : Tidak terjadi infeksi / Klien bebas dari infeksi.

Intervensi :
- Monitor terhadap tanda – tanda infeksi.
- Pertahankan tekhnik kesterilan dalam prosedur perawatan
- Cegah terhadap terjadi gangguan suhu tubuh.
- Pertahanakan prinsip aseptik pada drainase dan ekspirasi shunt.

4) Resiko tinggi terjadi kerusakan integritas kulit dan kontraktur sehubungan dengan imobilisasi.

Tujuan ; Pasien bebas dari kerusakan integritas kulit dan kontraktur.

Intervensi :
- Mobilisasi klien (Miki dan Mika) setiap 2 jam.
- Obsevasi terhadap tanda – tanda kerusakan integritas kulit dan kontrkatur.
- Jagalah kebersihan dan kerapihan tempat tidur.
- Berikan latihan secara pasif dan perlahan – lahan
Selengkapnya...

Thursday, February 19, 2009

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TINDAKAN HEMODIALISA

3 comments

I. KONSEP DASAR TINDAKAN

A. Pengertian

Dialisis adalah proses difusi partikel larut dari satu kompartemen ke kompartemen lain melewati membran semipermeabel.

Hemodialisa adalah lintasan darah melalui selang diluar tubuh ke ginjal buatan, dimana dilakukan pembuangan kelebihan zat terlarut dan cairan. Frekuensi hemodialisa bervariasi dari 2 – 3 x/minggu.

Darah yang mengandung produk sisa seperti urea dan kreatinin mengalir kedalam ginjal buatan (dialiser), tempat akan bertemu dengan dialisat yang tidak mengandung urea dan kreatinin. Aliran berulang darah melalui dialiser pada rentang kecepatan 200 – 400 ml/jam, lebih dari 2 – 4 jam, diharapkan dapat mengurangi kadar produk sisa ini menjadi keadaan yang lebih normal.


B. Tujuan

1. Membuang produk sisa metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan asam urat.

2. Membuang kelebihan air dengan mengetahui tekanan banding antara darah dan bagian cairan, biasanya terdiri atas tekanan positif dan negatif (penghisap) dalam kompartemen dialisat.

3. Mempertahankan atau mengembalikan sistem buffer tubuh.

4. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.


C. Indikasi

1. Gagal ginjal akut
2. Gagal ginjal kronik, bila laju filtrasi gromelurus kurang dari 5 ml/menit
3. Kalium serum lebih dari 6 mEq/l
4. Ureum lebih dari 200 mg/dl
5. PH darah kurang dari 7,1
6. Anuria berkepanjangan, lebih dari 5 hari
7. Intoksikasi obat dan zat kimia
8. Sindrom Hepatorenal


D. Bentuk / Gambaran Peralatan Yang Digunakan

1. Dialiser atau Ginjal Buatan
Terdiri dari membran semi permeabel yang memisahkan kompartemen darah dan dialisat.

2. Dialisat atau Cairan Dialisis
Yaitu cairan yang terdiri dari air dan elektrolit utama dari serum normal. Dialisat ini dibuat dalam sistem bersih dengan air kran dan bahan kimia saring. Bukan merupakan sistem yang steril, karena bakteri terlalu besar untuk melewati membran dan potensial terjadinya infeksi pada pasien minimal. Karena bakteri dari produk sampingan dapat menyebabkan reaksi pirogenik, khususnya pada membran permeabel yang besar, maka air untuk dialisat harus aman secara bakteriologis. Konsentrat dialisat biasanya disediakan oleh pabrik komersildan umumnya digunakan oleh unit kronis.

3. Sistem Pemberian Dialisat
Yaitu alat yang mengukur pembagian proporsi otomatis dan alat mengukur serta pemantau menjamin dengan tepat kontrol rasio konsentrat-air.

4. Aksesori Peralatan

a. Perangkat Keras, terdiri dari :
1) Pompa darah, pompa infus untuk mendeteksi heparin

2)Alat pemonitor suhu tubuh apabila terjadi ketidakamanan konsentrasi dialisat, perubahan tekanan udara dan kebocoran darah.

b. Perangkat Disposibel yang digunakan selain ginjal buatan :

1) Selang dialisis yang digunakan untuk mengalirkan darah antara dialiser dan pasien.

2) Transfer tekanan untuk melindungi alat monitor dari pemajanan terhadap darah.

3) Kantong cairan garam untuk membersihkan sistem sebelum digunakan.

5. Komponen Manusia/Pelaksana

Tenaga pelaksana hemodialisa harus mempunyai keahlian dalam menggunakan teknologi tinggi, tercapai melalui pelatihan teorits dan praktikal dalam lingkungan klinik.

Aspek yang lebih penting adalah pemahaman dan pengetahuan yang akan digunakan perawat dalam memberikan asuhan pada pasien selama dialisis berlangsung.


E. Persiapan Pra Dialisis

Tingkat dan kompleksitas masalah-masalah yang timbul selama hemodialisa akan beragam diantara pasien-pasien dan tergantung pada beberapa variabel. Untuk itu sebelum proses hemodialisa, perlu dikaji terlebih dahulu tentang :
- Diagnosa penyakit
- Tahap penyakit
- Usia
- Masalah medis lain
- Nilai laboratorium
- Keseimbangan cairan dan elektrolit
- Keadaan emosi


F. Persiapan Peralatan

1. Jarum arteri
2. Selang normal saline
3. Dialiser
4. Bilik drip vena
5. Detektor
6. Port pemberian obat
7. Pemantau tekanan arteri
8. Pompa darah
9. Sistem pengalir dialiser
10. Pemantau tekanan vena
11. Jarum vena
12. Penginfus heparin


G. Prosedur Tindakan

Akses ke sistem sirkulasi dicapai melalui salah satu dari beberapa pilihan: vistula atau tandur arteriovenosa (AV), atau kateter hemodialisis dua lumen.

Jika akses vaskuler telah ditetapkan, darah mulai mengalir, dibantu oleh pompa darah. Bagian dari sirkuit disposibel sebelum dialiser diperuntukkan sebagai aliran “arterial”, keduanya untuk membedakan darah yang masuk kedalamnya sebagai darah yang belum mencapai dialiser dan dalam acuan untuk meletakkan jarum: jarum “arterial” diletakkan paling dekat dengan anastomosis AV pada fistula atau tandur untuk memaksimalkan aliran darah. Kantong cairan normal saline yang diklep selalu disambungkan ke sirkuit tetap sebelum pompa darah. Pada kejadian hipotensi, darah yang mengalir dari pasien dapat diklem sementara cairan normal saline yang diklem dibuka dan memungkinkan dengan cepat menginfus untuk memperbaiki tekanan darah. Tranfusi darah dan plasma ekspander juga dapat disambungkan ke sirkuit pada keadaan ini dan dibiarkan untuk menetes, dibantu dengan pompa darah. Infus heparin dapat diletakkan baik sebelum atau sesudah pompa darah, tergantung peralatan yang digunakan.

Dialiser adalah komponen penting selanjutnya dari sirkuit. Darah mengalir kedalam kompartemen darah dari dialiser, tempat terjadinya pertukaran cairan dan zat sisa. Darah yang meninggalkan dialiser melewati kondektor udara dan foam yang mengklem dan menghentikan pompa darah bila terdeteksi adanya udara. Pada kondisi seperti ini, setiap obat-obat yang akan diberikan pada dialisis diberikan melalui port obar-obatan. Penting untuk diingat, bagaimanapun, bahwa kebanyakan obat-obat ditunda pemberiannya sampai dialisis selesai kecuali memang diperintahkan harus diberikan.

Darah yang telah melewati dialisis kembali ke pasien melalui “venosa” atau selang Posdialiser. Setelah waktu tindakan yang dijadwalkan, dialisis diakhiri dengan mengklem darah dari pasien, membuka slang cairan normal saline, dan membilas sirkuit untuk mengembalikan darah pasien. Selang dan dialiser dibuang, meskipun program dialisis kronik sering membeli peralatan untuk membersihkan dan menggunakan ulang dialiser.

Tindakan kewaspadaan umum harus diikuti dengan teliti sepanjang tindakan dialisis karena pemajanan terhadap darah. Masker pelindung wajah dan sarung tangan wajib digunakan oleh tenaga pelaksana hemodialisa.


H. Interpretasi Hasil

Hasil hemodialisa dapat dinilai dengan mengkaji jumlah cairan yang dibuang dan koreksi gangguan elektrolit dan asam basa.


I. Komplikasi

1) Ketidakseimbangan Cairan
a. Hipervolemia
Temuan berikut ini mengisyaratkan adanya kelebihan cairan seperti tekanan darah naik, peningkatan nadi, dan frekuensi pernafasan, peningkatan tekanan vena sentral, dispnea, batuk, edema, penambahan BB berlebih sejak dialysis terakhir

b. Hipovolemia
Petunjuk terhadap hipovolemia meliputi penurunan TD, peningkatan frekuensi nadi, pernafasan, turgor kulit buruk, mulut kering, tekanan vena sentral menurun, dan penurunan haluaran urine. Riwayat kehilangan banyak cairan melalui lambung yang menimbulkan kehilangan BB yang nantinya mengarah ke diagnosa keperawatan kekurangan cairan.

c. Ultra filtrasi
Gejala ultrafiltarasi berlebihan adalah mirip syok dengan gejala hipotensi, mual muntah, berkeringat, pusing dan pingsan.

d. Rangkaian ultrafiltrasi (Diafiltrasi)
Ultrafiltrasi cepat untuk tujuan menghilangkan atau mencegah hipertensi, gagal jantung kongestif, edema paru dan komplikasi lain yang berhubungan dengan kelebihan cairan seringkali dibatasi oleh toleransi pasien untuk memanipulasi volume intravaskular.

e. Hipotensi
Hipotensi selama dialysis dapat disebabkan oleh hipovolemia, ultrafiltrasi berlebihan, kehilangan darah ke dalam dialiser, inkompatibilitas membran pendialisa, dan terapi obat antihipertensi

f. Hipertensi
Penyebab hipertensi yang paling sering adalah kelebihan cairan, sindrom disequilibrium, respon renin terhadap ultrafiltrasi, dan ansites.

g. Sindrome disequilibrium dialisis
Dimanifestasikan olehh sekelompok gejala yang diduga disfungsiserebral dengan rentang dari mual muntah, sakit kepala, hipertensi sampai agitasi, kedutan, kekacauan mental, dan kejang.

2) Ketidakseimbangan Elektrolit
Elektrolit merupakan perhatian utama dalam dialisis, yang normalnya dikoreksi selama prosedur adalah natrium, kalium, bikarbonat, kalisum, fosfor, dan magnesium.

3) Infeksi
Pasien uremik mengalami penurunan resisten terhadap infeksi, yang diperkirakan karena penurunan respon imunologik. Infeksi paru merupakan penyebab utama kematian pada pasein uremik.

4) Perdarahan dan Heparinisasi
Perdarahan selama dialysis mungkin karena konsidi medik yang mendasari seperti ulkus atau gastritis atau mungkin akibat antikoagulasi berlebihan. Heparin adalah obat pilihan karena pemberiannya sederhana, meningkatkan masa pembekuan dengan cepat, dimonitor dengan mudah dan mungkin berlawanan dengan protamin.


J. Permasalahan Yang Sering Dihadapi

1. Masalah peralatan
a) Konsentrasi dialisat
Perubahan mendadak atau cepat dalam konsentrasi dialisat dapat mengakibatakan kerusakan sel darah dan kerusakan serebral. Gejala ringan seperti mual muntah, dan sakit kepala. Pada kasus berat dapat mengakibatkan koma, kekacauan mental dan kematian.

b) Aliran dialisat
Aliran yang tidak mencukupi tidak akan membahayakn pasien tetapi akan mengganggu efisiensi dialysis.

c) Temperatur
Suhu harus dipertahankan pada 36,7 – 38,3 C

d) Aliran darah
Faktor yang mempengaruhi adalah tekanan darah, fistula dan fungsi kateter, serta sirkuit ektrakoporeal.

e)Kebocoran darah

f) Emboli udara


II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN ( Diambil dari Doenges, Marillyn E. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta; EGC, 1999 )


DIAGNOSA KEPERAWATAN: CEDERA, RESIKO TINGGI TERHADAP, KEHILANGAN AKSES VASKULER

Faktor Resiko Meliputi : Pembekuan; perdarahan karena lepasnya sambungan secara tidak sengaja

Kemungkinan dibuktikan oleh : (tidak dapat diterapkan ; adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual)

Tujuan / Kriteria Hasil : Mempertahankan jalan masuk vaskuler paten

TINDAKAN / INTERVENSI

Mandiri:
Pembekuan:
1. Awasi potensi aliran AV internal pada interval sering : Palpasi getaran distal ;
RASIONAL: Getaran disebabkan oleh turbulen darah arterial tekanan aliran yang masuk ke sistem tekanan vena yang lebih rendah dan harus dipalpasi di atas sisi keluarnya vena.

2. Auskultasi untuk desiran;
RASIONAL: Desiran adalah bunyi yang yang disebabkan oleh turbulen aliran darah yang masuk ke sistem vena dan harus terdengar dengan stetoskop, meskipun mungkin sangat redup.

3. Perhatikan warna darah dan / atau pemisahan sel dan Serum sebelumnya.
RASIONAL: Perubahan warna dari merah sedang sampai merah gelap keunguan menunjukan aliran darah lembam / pembekuan dini. Pemisahan dalam selang indikatif pembekuan. Darah merah gelap kemudian cairan kuning jernih menunjukan pembentukan bekuan lengkap.

4. Palpasi kulit pirau untuk kehangatan.
RASIONAL: Penurunan aliran darah akan mengakibatkan “ kedinginan” pada pirau.

5. Beritahu dokter dan / atau lakukan prosedur penghilangan pembekuan bila terdapat bukti kehilangan potensi pirau.

RASIONAL: Intervensi cepat dapat mengamankan jalan masuk; namun penghilangan pembekuan harus dilakukan oleh petugas berpengalaman.

6. Evaluasi keluhan nyeri, kebas / kesemutan; perhatikan pembengkakan ekstremitas distal pada jalan masuk.
RASIONAL: Mengindikasikan ketidak adekuatan suplai darah. Menurunkan risiko pembekuan / pemutusan.

7. Hindari trauma pada pirau ; contoh menangani selang dengan perlahan, pertahankan posisi kanula. Batasi aktivitas ekstremitas. Hindari mengukur TD atau mengambil darah dari ekstremitas yang ada pirau. Instruksikan pasien tidak tidur atau membawa beban, buku, dompet pada ektremitas yang sakit.
RASIONAL: Dari beberapa bukti yang didapati pada pemeriksaan, dapat dengan segera tindakan/intervensi penanggulangan selanjutnya.

Perdarahan:
8. Pasang dua klem kanula pada balutan pirau, sediakan torniket. Bila kanula terpisah, klem pertama pada arteri kemudian kanula vena. Bila selang lepas dari vena, klem kanula yang masih ditempatnya lakukan tekanan langsung pada sisi perdarahan. Pasang torniket diatasnya atau kembangkan balon pada tekanan diatas TD sistolik pasien.
RASIONAL: Mencegah kehilangan darah masif bila kanula terpisah atau pirau berubah posisi sambil menunggu bantuan medik.

Infeksi :
9. Kaji kulit sekitar akses vaskuler, perhatikan kemerahan, pembengkakan, hangat lokal, eksudat, nyeri tekan.
RASIONAL: Tanda infeksi lokal, dapat menjadi sepsis bila tak diatasi.

10. Hindari kontaminasi pada sisi akses. Gunakan teknik aseptik dan masker bila memberikan perawatan pirau, mengganti balutan, dan bila melakukan proses dialisa.
RASIONAL: Tanda infeksi / sepsis yang memerlukan intervensi medik cepat

11. Awasi suhu. Perhatikan adanya demam, mengigil, hipotensi.
RASIONAL: Menentukan adanya patogen.

Kolaborasi:
12. Contoh kultur sisi/ darah sampel sesuai indikasi.
RASIONAL: Infus pada sisi arterial filter untuk mencegah pembekuan pada filter tanpa efek samping sistemik.

13. Berikan obat sesuai indikasi, contoh : Heparin (dosis rendah); Antibiotik (sistemik dan / atau topikal)
RASIONAL: Pengobatan cepat infeksi dapat mengamankan jalan masuk, mencegah sepsis


DIAGNOSA KEPERAWATAN: KEKURANGAN VOLUME CAIRAN, RISIKO TINGGI TERHADAP

Faktor Resiko Meliputi : Ultrafiltrasi, Pembatasan cairan; kehilangan darah aktual (heparinisasi sistemik atau pemutusan aliran)

Kemungkinan dibuktikan oleh : (tidak dapat diterapkan ; adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual)

Tujuan / Kriteria Hasil : Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh berat badan dan tanda vital stabil, turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada perdarahan

TINDAKAN / INTERVENSI

Mandiri:
1. Ukur sama sumber pemasukan dan pengeluaran. Lakukan ini tiap hari.
RASIONAL: Membantu mengevaluasi status cairan, khususnya bila dibandingkan dengan berat badan. Catatan : Haluaran urine adalah evaluasi tidak akurat dari fungsi ginjal pada pasien dialisa. Beberapa orang menunjukan haluaran urine dengan sedikit klirens toksin ginjal, yang lain menunjukan oliguria atau anuria.

2. Timbang tiap hari sebelum/ sesudah dialisa dilakukan.
RASIONAL: Penurunan berat badan waktu pengukuran dengan tepat adalah pengukuran ultrafiltrasi dan pembuangan cairan.

3. Awasi TD, nadi, dan tekanan hemodinamik bila tersedia selama dialisa.
RASIONAL: Hipotensi, takikardia, penurunan tekanan hemodinamik menunjukan kekurangan cairan.

4. Pastikan kontinuitas kateter pirau / akses.
RASIONAL: Terputusnya pirau / akses terbuka akan memungkinkan eksanguinasi.

5. Lakukan balutan eksternal pirau. Jangan izinkan suntikan pada pirau.
RASIONAL: Meminimalkan stres pada pemasukan kanula untuk menurunkan perubahan posisi yang kurang hati-hati dan perdarahan pada sisi tersebut.

6. Tempatkan pasien pada posisi telentang / trandelenburg sesuai kebutuhan.
RASIONAL: Memaksimalkan aliran balik vena bila terjadi hipotensi.

7. Kaji adanya perdarahan terus menerus atau perdarahan besar pada sisi akses, membran mukosa, insisi / luka. Hematemesis / guaiak feses, drainase gaster.
RASIONAL: Heparinisasi sistemik selama dialisa meningkatkan waktu pembekuan dan menempatkan pasien pada resiko perdaahan, khususnya selama 4 jam pertama setelah prosedur.

Kolaborasi:
8. Awasi pemerikasaan laboratorium sesuai indikasi :

- Hb/Ht ;
RASIONAL: Menurun karena anemia , hemodilusi, atau kehilangan darah aktual.

- Elektrolit serum dan pH;
RASIONAL: Ketidakseimbangan dapat memerlukan perubahan dalam cairan dialisa atau tambahan pengganti untuk mencapai keseimbangan.

- Waktu pembekuan, contoh ACT. PT/PTT, dan jumlah trombosit.
RASIONAL: Penggunaan heparin untuk mencegah pembekuan pada aliran darah dan hemofilter mengubah koagulasi dan potensial perdarahan aktif.

9. Berikan cairan IV (contoh garam faal) / volume ekspander (contoh albumin) selama dialisa sesuai indikasi:
RASIONAL: Cairan garam faal / dekstrosa, elektrolit, dan NaHCO3 mungkin diinfuskan dalam sisi vena hemofolter CAV bila kecepatan ultra filtrasi tinggi digunakan untuk membuang cairan ekstraseluler dan cairan toksik. Volume ekspander mugkin dibutuhkan selama / setelah hemodialisa bila terjadi hipotensi tiba-tiba/ nyata.

10. Darah / kemasan SDM bila diperlukan.
RASIONAL: Destruksi SDM (hemolisis) oleh dialisa mekanika, kehilangan perdarahan, menurunkan produksi SDM dapat mengakibatkan anemia berat/progresif.

11. Penurunan kecepatan ultrafiltrasi selama dialisa sesuai indikasi.
RASIONAL: Menurunkan jumlah air selama dibuang dan dapat memperbaiki hipotensi/hipovolemia.

12. Berikan protamin sulfat bila diindikasikan.
RASIONAL: Mungkin dilakukan untuk mengembalikan waktu pembekuan ke normal atau bila terjadi pelepasan heparin (sampai 16 jam setelah hemodialisasi).


DIAGNOSA KEPERAWATAN: VOLUME CAIRAN, KELEBIHAN, RISIKO TINGGI TERHADAP

Faktor Resiko Meliputi : Pemasukan cairan cepat /berlebihan ; IV, darah, plasma ekspande, garam faal diberikan untuk mendukung TD selama dialisa.

Kemungkinan dibuktikan oleh : (Tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual).

Tujuan / Kriteria Hasil : Mempertahankan “berat badan kering “ dalam batas normal pasien edema,” bunyi nafas jelas dan kadar natrium dalam batas normal.

TINDAKAN / INTERVENSI

Mandiri:
1. Ukur semua sumber pemasukan dan pengeluaran. Timbang dengan rutin.
RASIONAL: Membantu mengevaluasi status cairan khususnya bila dibandingkan dengan berat badan. Peningkatan berat badan antara pengobatan harus tidak lebih dari 0,5 kg/hari.

2. Awasi TD, nadi.
RASIONAL: Hipertensi dan takikardia antara hemodialisis dapat diakibatkan oleh kelebihan cairan dan / atau gagal jantung.

3. Perhatikan adanya edema perifer/sakral. Pernapasan gemericik, dispnea, ortopnea, distensi vena leher, perubahan EKG menunjukan hipertrofi ventrikel.
RASIONAL: Kelebihan cairan karena tidak efisennya dialisa atau hipervolemia berulang diantara pengobatan dialisa apat menyebabkan /eksaserbasi gagal jantung, seperti diindikasi oleh tanda / gejala kongesti vena sistemik dan / atau pernafasan.

4. Perhatikan perubahan mental.
RASIONAL: Kelebihan cairan /hipervolemia, berpotensi untuk edema serebral (sindrom disekuilibrium).

Kolaborasi:
5. Awasi kadar natrium serum. Batasi pemasukan natrium sesuai indikasi.
RASIONAL: Kadar natrium tinggi dihubungkan dengan kelebihan cairan, edema, hipertensi, dan komplikasi jantung,

6. Batasi pemasukan peroral cairan indikasi, pemberian jangka waktu memungkinkan cairan sepanjang periode 24 jam.
RASIONAL: Hemodialisa intermiten mengakibatkan retensi /kelebihan cairan antara prosedur dan dapat memerlukan pembatasan cairan. Jarak cairan membantu mengurangi haus.
Selengkapnya...

Friday, February 13, 2009

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN STROKE

0 comments

Pengertian

Menurut WHO stroke adalah adanya defisit neurologis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. (Hendro Susilo, 2000)

Cedera serebrovaskular atau stroke meliputi penyebab yang tiba-tiba defisit neurologis karena insufisiensi suplai darah ke suatu bagian dari otak. Insufisiensi suplai darah disebabkan oleh trombus, biasanya sekunder terhadap arterisklerosis, terhadap embolisme berasal dari tempat lain dalam tubuh, atau terhadap perdarahan akibat ruptur arteri (aneurisma) (Lynda Juall Carpenito, 1995).


Etiologi

Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain:

1. Thrombosis Cerebral.
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam setelah thrombosis.

Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:

a. Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut:
- Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.
- Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis.
- Merupakan tempat terbentuknya thrombus, dan kemudian melepaskan kepingan thrombus (embolus).
- Dinding arteri menjadi lemah, terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan.

b. Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental , peningkatan viskositas/hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.

c. Arteritis (radang pada arteri)

2. Emboli

Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli:
a. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease (RHD).
b. Myokard infark
c. Fibrilasi,. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.
d. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.

3. Haemorhagi

Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan ,sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan

Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi:
a. Aneurisma Berry, biasanya defek kongenital.
b. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis.
c. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
d. Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena.
e. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan degenerasi pembuluh darah.


Faktor – faktor resiko stroke

1. Hipertensi: faktor resiko utama
2. Penyakit kardiovaskuler, emboli serebral berasal dari jantung: gagal jantung, penyakit jantung kongestif
3. Kolesterol tinggi, obesitas
4. Peningkatan hemolitik meningkatkan resiko infark serebral
5. Diabetes: dikaitkan dengan aterogenesise terakseberasi
6. Kontrasepsi oral (khusus dengan disertai hypertensi, merokok dan kadar estrogen tinggi)
7. Merokok, menyalahgunakan obat (khusus kokain) konsumsi alkohol.


Klasifikasi
1. Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu:

a. Stroke Haemorhagi,
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun.

b. Stroke Non Haemorhagi
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umummnya baik.

2. Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya:

a. TIA (Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang terjadi selama beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
b. Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.
c. Stroke komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau permanen. Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA berulang.


Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan radiologi

* CT scan: didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
* MRI untuk menunjukkan area yang mengalami infark,hemoragik.
* Angiografi serebral: Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
* Pemeriksaan foto thorax dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke.

b. Pemeriksaan laboratorium

* Pungsi lumbal: Menunjukan adanya tekanan Normal dan cairan tidak mengandung darah atau jernih.
* Pemeriksaan darah rutin
* Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali.
* Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.


Penatalaksanaan Stroke

Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikut:

1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir yang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
b. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.

2. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.

3. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.

4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.


Pengobatan Konservatif

1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan, tetapi maknanya pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.

2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.

3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.


Pengobatan Pembedahan

Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral:
1. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka arteri karotis di leher.
2. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
3. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.
4. Ligasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.


Pengkajian keperawatan

Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status kesehatan klien yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial budaya, spiritual, kognitif, tingkat perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya hidup klien (Marilynn E. Doenges et al, 1998).

1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.

2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.

3. Riwayat penyakit sekarang
Sakit kepala hebat pada saat bangun pagi atau pada saat istirahat disertai mual muntah, kesadaran menurun,otot terasa melemah atau kaku.

4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.

5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes melitus.

6. Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.

7. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat kontrasepsi oral.

b. Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut.

c. Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.

d. Pola aktivitas dan latihan
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah.

e. Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang otot/nyeri otot

f. Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/kekaburan pandangan, perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan proses berpikir.

g. Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif.

h. Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.

i. Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis histamin.

j. Pola penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.

k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.


Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum
* Kesadaran: umumnya mengelami penurunan kesadaran
* Suara bicara: kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara
* Tanda-tanda vital: tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi.

b. Pemeriksaan integumen
* Kulit: jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke non hemoragik harus bed rest 2-3 minggu
* Kuku: perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
* Rambut: umumnya tidak ada kelainan.

c. Pemeriksaan kepala dan leher
* Kepala: bentuk normocephalik
* Muka: umumnya tidak simetris yaitu miring ke salah satu sisi
* Leher: kaku kuduk jarang terjadi.

d. Pemeriksaan dada
* Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.

e. Pemeriksaan abdomen
* Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat kembung.

f. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
* Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine.

g. Pemeriksaan ekstremitas
* Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

h. Pemeriksaan neurologi:

* Pemeriksaan nervus cranialis
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.

* Pemeriksaan motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.

* Pemeriksaan sensorik
Dapat terjadi hemihipestesi.

* Pemeriksaan refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan refleks patologis.


Prioritas Keperawatan:
1. Meningkatkan perfusi serebri dan oksigenasi yang adekuat.
2. Mencegah dan meminimalkan komplikasi dan kelumpuhan permanen.
3. Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
4. Memberikan dukungan terhadap proses mekanisme koping dan mengintegrasikan perubahan konsep diri.
5. Memberikan informasi tentang proses penyakit, prognosis, pengobatan dan kebutuhan rehabilitasi.


Tujuan Akhir keperawatan:
1. Meningkatnya fungsi serebral dan menurunnya defisit neurologis.
2. Mencegah/meminimalkan komplikasi.
3. Kebutuhan sehari-hari terpenuhi baik oleh dirinya maupun orang lain.
4. Mekanisme koping positip dan mampu merencanakan keadaan setelah sakit
5. Mengerti terhadap proses penyakit dan prognosis.


Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

1. Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intracerebral. (Marilynn E. Doenges, 2000)

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia (Donna D. Ignativicius, 1995)

3. Gangguan persepsi sensori : perabaan yang berhubungan dengan penekanan pada saraf sensori, penurunan penglihatan (Marilynn E. Doenges, 2000)

4. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah otak (Donna D. Ignativicius, 1995)

5. Gangguan eliminasi alvi(konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi, intake cairan yang tidak adekuat (Donna D. Ignativicius, 1995)

6. Resiko gangguan nutrisi berhubungan dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan (Barbara Engram, 1998)

7. Kurangnya pemenuhan perawatan diri yang berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi (Donna D. Ignativicius, 1995)

8. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama (Barbara Engram, 1998)

9. Resiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan penurunan refleks batuk dan menelan.(Lynda Juall Carpenito, 1998)

10.Gangguan eliminasi uri (inkontinensia uri) yang berhubungan dengan penurunan sensasi, disfungsi kognitif, ketidakmampuan untuk berkomunikasi (Donna D. Ignatavicius, 1995)
Selengkapnya...

Thursday, February 12, 2009

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DELIRIUM

0 comments

I. KONSEP DASAR

A. Pendahuluan

Psikosa secara sederhana dapat didefinisikan sebai suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Keadaa ini dapat digambarkan bahwa psikosa ialah gangguan jiwa yang serius, yang timbuk karena penyebab organik ataupun emosional (fungsional) dan yang menunjukkan ganggua kemampuan berpikir, bereakasi secara emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai dengan kenyataan itu, sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu. Psikosa ditandai oleh perilaku yang regresif, hiudp perasaan tidak sesuai, berkurangnya pengawasan terhadap impuls-impuls serta waham dan halusinasi.

Menninger telah menyebutkan lima sindroma klasik yang menyertai sebagian besar pola psikotik :
1. Perasan sedih, bersalah dan tidak mampu yang mendalam
2. Keadaan terangsang yang tidak menentu dan tidak terorganisasi, disertai pembicaraan dan motorik yang berlebihan
3. Regresi ke otisme manerisme pembicaran dan perilaku, isi pikiran yanng berlawanan, acuh tak acuh terhadap harapan sosial.
4. Preokupasi yang berwaham, disertai kecurigaan, kecenderungan membela diri atau rasa kebesaran
5. Keadaan bingung dan delirium dengan disorientasi dan halusinasi.


B. Pengertian

Delirium adalah sindroma otak organik karena fungsi atau metabolisme otak secara umum atau karena keracunan yan menghambat metabolisme otak.


C. Gejala

Gejala utama ialah kesadaran menurun. Kesadaran yang menurun ialah suatu keadaan dengan kemampuan persepsi perhatian dan pemikiran yan berkurang secara keseluruhan (secara kuantitatif).

Gejala-gejala lainnya penderita tidak mampu mengenal orang dan berkomunikasi dengan baik, ada yang bingung atau cemas, gelisah dan panik, adanya klien yan terutama halusinasi dan ada yang hanya berbicara komat-kamit dan inkohern.

Dari gejala-gejala psikiatrik tidak dapat diketahui etiologi penyakit badaniah itu, tetapi perlu dilakukan pemeriksaan intern dan nerologik yang teliti. Gejala tersebut lebih ditentukan oleh keadaan jiwa premorbidnya, mekanisme pembelaaan psikologiknya, keadaan psikososial, sifat bantuan dari keluarga, teman dan petugas kesehatan, struktur sosial serta ciri-ciri kebudayaan sekelilingnya.


D. Psikopatologi

Delirium biasanya hilang bila penyakit badaniah yang menyebabkan sudah sembuh, mungkin sampai kira-kira 1 bulan sesudahnya. Gangguan jiwa yang psikotik atau nonpsikotik yang disebabkan oleh gangguan jaringan fungsi otak. Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak (meningoensephalitis, gangguan pembuluh darah ootak, tumur otak dan sebagainya) atau yang terutama di luar otak atau tengkorak (tifus, endometriasis, payah jantung, toxemia kehamilan, intoksikasi dan sebagainya). Bila bagian otak yang terganggu itu luas, maka gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit yang menyebabkannya. Jika disebabkan oleh proses yang langsung menyerang otak , bila proses itu sembuh maka gejala-gejalanya tergantung pada besarnya kerusakan yang ditinggalkan gejala-gejala neurologik dan atau gangguan mental dengan gejala utama gangguan intelegensi. Bisa juga didapatkan adanya febris. Terdapat gejala psikiatrik bila sangat mengganggu dapat diberikan neroleptika, terutama yang mempunyai dosis efektif tinggi.


E. Penatalaksanaan

a. Pengobatan etiologik harus sedini mungkin dan di samping faal otak dibantu agar tidak terjadi kerusakan otak yang menetap.

b. Peredaran darah harus diperhatikan (nadi, jantung dan tekanan darah), bila perlu diberi stimulansia.

c. Pemberian cairan harus cukup, sebab tidak jarang terjadi dehidrasi. Hati-hati dengan sedativa dan narkotika (barbiturat, morfin) sebab kadang-kadang tidak menolong, tetapi dapat menimbulkan efek paradoksal, yaitu klien tidak menjadi tenang, tetapi bertambah gelisah.

d. Klien harus dijaga terus, lebih-lebih bila ia sangat gelisah, sebab berbahaya untuk dirinya sendiri (jatuh, lari dan loncat keluar dari jendela dan sebagainya) ataupun untuk orang lain.

e. Dicoba menenangkan klien dengan kata-kata (biarpun kesadarannya menurun) atau dengan kompres es. Klien mungkin lebih tenang bila ia dapat melihat orang atau barang yang ia kenal dari rumah. Sebaiknya kamar jangan terlalu gelap , klien tidak tahan terlalu diisolasi.

f. Terdapat gejala psikiatrik bila sangat mengganggu dapat diberikan neroleptika, terutama yang mempunyai dosis efektif tinggi.


II. ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas
Indentias klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar belakang kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.

2. Keluhan utama
Keluhan utama atau sebab utama yang menyebabkan klien datang berobat (menurut klien dan atau keluarga). Gejala utama adalah kesadaran menurun.

3. Faktor predisposisi
Menemukan gangguan jiwa yang ada sebagai dasar pembuatan diagnosis serta menentukan tingkat gangguan serta menggambarkan struktur kepribadian yang mungkin dapat menerangkan riwayat dan perkembangan gangguan jiwa yang terdapat. Dari gejala-gejala psikiatrik tidak dapat diketahui etiologi penyakit badaniah itu, tetapi perlu dilakukan pemeriksaan intern dan nerologik yang teliti. Gejala tersebut lebih ditentukan oleh keadaan jiwa premorbidnya, mekanisme pembelaaan psikologiknya, keadaan psikososial, sifat bantuan dari keluarga, teman dan petugas kesehatan, struktur sosial serta ciri-ciri kebudayaan sekelilingnya. Gangguan jiwa yang psikotik atau nonpsikotik yang disebabkan oleh gangguan jaringan fungsi otak. Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak (meningoensephalitis, gangguan pembuluh darah ootak, tumur otak dan sebagainya) atau yang terutama di luar otak atau tengkorak (tifus, endometriasis, payah jantung, toxemia kehamilan, intoksikasi dan sebagainya).

4. Pemeriksaan fisik
Kesadaran yang menurun dan sesudahnya terdapat amnesia. Tensi menurun, takikardia, febris, BB menurun karena nafsu makan yang menurun dan tidak mau makan.

5. Psikososial
a. Genogram Dari hasil penelitian ditemukan kembar monozigot memberi pengaruh lebih tinggi dari kembar dizigot .

b. Konsep diri:
1. Gambaran diri, tressor yang menyebabkan berubahnya gambaran diri karena proses patologik penyakit.
2. Identitas, bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan individu.
3. Peran, transisi peran dapat dari sehat ke sakit, ketidak sesuaian antara satu peran dengan peran yang lain dan peran yang ragu diman aindividu tidak tahun dengan jelas perannya, serta peran berlebihan sementara tidak mempunyai kemmapuan dan sumber yang cukup.
4. Ideal diri, keinginann yang tidak sesuai dengan kenyataan dan kemampuan yang ada.
5. Harga diri, tidakmampuan dalam mencapai tujuan sehingga klien merasa harga dirinya rendah karena kegagalannya.

c. Hubungan sosial
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang disingkirkan atau kesepian, yang selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat berat seperti delusi dan halusinasi. Konsep diri dibentuk oleh pola hubungan sosial khususnya dengan orang yang penting dalam kehidupan individu. Jika hubungan ini tidak sehat maka individu dalam kekosongan internal. Perkembangan hubungan sosial yang tidak adeguat menyebabkan kegagalan individu untuk belajar mempertahankan komunikasi dengan orang lain, akibatnya klien cenderung memisahkan diri dari orang lain dan hanya terlibat dengan pikirannya sendiri yang tidak memerlukan kontrol orang lain. Keadaa ini menimbulkan kesepian, isolasi sosial, hubungan dangkal dan tergantung.

d. Spiritual
Keyakinan klien terhadapa agama dan keyakinannya masih kuat, tetapi tidak atau kurang mampu dalam melaksanakan ibadatnmya sesuai dengan agama dan kepercayaannya.

6. Status mental
a. Penampilan klien tidak rapi dan tidak mampu untuk merawat dirinya sendiri.

b. Pembicaraan keras, cepat dan inkoheren.

c. Aktivitas motorik, Perubahan motorik dapat dinmanifestasikan adanya peningkatan kegiatan motorik, gelisah, impulsif, manerisme, otomatis, steriotipi.

d. Alam perasaan: Klien nampak ketakutan dan putus asa.

e. Afek dan emosi.
Perubahan afek terjadi karena klien berusaha membuat jarak dengan perasaan tertentu karena jika langsung mengalami perasaa tersebut dapat menimbulkan ansietas. Keadaan ini menimbulkan perubahan afek yang digunakan klien untukj melindungi dirinya, karena afek yang telah berubahn memampukan kien mengingkari dampak emosional yang menyakitkan dari lingkungan eksternal. Respon emosional klien mungkin tampak bizar dan tidak sesuai karena datang dari kerangka pikir yang telah berubah. Perubahan afek adalah tumpul, datar, tidak sesuai, berlebihan dan ambivalen.

f. Interaksi selama wawancara
Sikap klien terhadap pemeriksa kurang kooperatif, kontak mata kurang.

g. Persepsi
Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosional terhadap suatu obyek. Perubahan persepsi dapat terjadi pada satu atau kebiuh panca indera yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan. Perubahan persepsi dapat ringan, sedang dan berat atau berkepanjangan. Perubahan persepsi yang paling sering ditemukan adalah halusinasi.

h. Proses berpikir
Klien yang terganggu pikirannya sukar berperilaku kohern, tindakannya cenderung berdasarkan penilaian pribadi klien terhadap realitas yang tidak sesuai dengan penilaian yang umum diterima.

Penilaian realitas secara pribadi oleh klien merupakan penilaian subyektif yang dikaitkan dengan orang, benda atau kejadian yang tidak logis.(Pemikiran autistik). Klien tidak menelaah ulang kebenaran realitas. Pemikiran autistik dasar perubahan proses pikir yang dapat dimanifestasikan dengan pemikian primitf, hilangnya asosiasi, pemikiran magis, delusi (waham), perubahan linguistik (memperlihatkan gangguan pola pikir abstrak sehingga tampak klien regresi dan pola pikir yang sempit misalnya ekholali, clang asosiasi dan neologisme.

i. Tingkat kesadaran
Kesadaran yang menurun, bingung. Disorientasi waktu, tempat dan orang.

j. Memori
Gangguan daya ingat yang baru saja terjadi ) kejadian pada beberapa jam atau hari yang lampau) dan yang sudah lama berselang terjadi (kejadian beberapa tahun yang lalu).

k. Tingkat konsentrasi
Klien tidak mampu berkonsentrasi

l. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan dalam penilaian atau keputusan.

7. Kebutuhan klien sehari-hari
a. Tidur, klien sukar tidur karena cemas, gelisah, berbaring atau duduk dan gelisah. Kadang-kadang terbangun tengah malam dan sukar tidur kemabali. Tidurnya mungkin terganggu sepanjang malam, sehingga tidak merasa segar di pagi hari.
b. Selera makan, klien tidak mempunyai selera makan atau makannya hanya sedikit, karea putus asa, merasa tidak berharga, aktivitas terbatas sehingga bisa terjadi penurunan berat badan.
c. Eliminasi
Klien mungkin tergnaggu buang air kecilnya, kadang-kdang lebih sering dari biasanya, karena sukar tidur dan stres. Kadang-kadang dapat terjadi konstipasi, akibat terganggu pola makan.

8. Mekanisme koping
Apabila klien merasa tidak berhasil, kegagalan maka ia akan menetralisir, mengingkari atau meniadakannya dengan mengembangkan berbagai pola koping mekanisme. Ketidak mampuan mengatasi secara konstruktif merupakan faktor penyebab primer terbentuknya pola tiungkah laku patologis. Koping mekanisme yang digunakan seseorang dalam keadaan delerium adalah mengurangi kontak mata, memakai kata-kata yang cepat dan keras (ngomel-ngomel) dan menutup diri.

9. Dampak masalah
a. Individu
* Perilaku, klien mungkin mengabaikan atau mendapat kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari seperti kebersihan diri misalnya tidak mau mandi, tidak mau menyisir atau mengganti pakaian.
* Kesejahateraan dan konsep diri, klien merasa kehilangan harga diri, harga diri rendah, merasa tidak berarti, tidak berguna dan putus asa sehingga klien perlu diisolasi.
* Kemadirian, klien kehilangan kemandirian adan hidup ketergantungan pada keluarga atau orang yang merawat cukup tinggi, sehingga menimbulkan stres fisik.


10. Diagnosa Keperawatan

a. Risiko terhadap penyiksaan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan berespon pada pikiran delusi dan halusinasi.

b. Risiko terjadi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, status emoosional yang meningkat.

c. Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial) berhubungan dengan sistem penbdukung yang tidak adequat.

d. Kurangnya perawatan diri berhubugan dengan kemauan yang menurun

e. Ketidaktahuan keluarga dan klien tentang efek samping obat antipsikotik berhubungan dengan kurangnya informasi.

11. Rencana Tindakan

a. Risiko terhadap penyiksaan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan berespon pada pikiran delusi dan halusinasi.

Batasan kriteria :

Sasaran jangka pendek :
Dalam 2 minggu klien dapat mengenal tanda-tanda peningkatan kegelisahan dan melaprkan pada perwat agasr dapat diberikan intervensi sesuai kebutuhan.

Sasaran jangka panjang :
Klien tidak akan membahayakan diri, orang lain dan lingkungan selama di rumah sakit.

INTERVENSI & RASIONAL

1. Pertahankan agar lingkungan klien pada tingkat stimulaus yang rendah (penyinaran rendah, sedikit orang, dekorasi yang sederhana dan tingakat kebisingan yang rendah).
Rasional:
Tingkat ansietas atau gelisah akan meningkat dalam lingkungan yang penuh stimulus.

2. Ciptakan lingkungan psikososial :
* sikap perawat yang bersahabat, penuh perhatian, lembuh dan hangat)
* Bina hubungan saling percaya (menyapa klien dengan rama memanggil nama klien, jujur, tepat janji, empati dan menghargai.
* Tunjukkan perawat yang bertanggung jawab
Rasional:
Lingkungan psikososial yang terapeutik akan menstimulasi kemampuan perasaan kenyataan.

3. Observasi secara ketat perilaku klien (setiap 15 menit)
Rasional:
Observasi ketat merupakan hal yang penting, karena dengan demikian intervensi yang tepat dapat diberikan segera dan untuk selalu memastikan bahwa kien berada dalam keadaan aman

4. Kembangkan orientasi kenyataan :
* Bantu klien untuk mengenal persepsinya
* Beri umpan balik tentang perilaku klien tanpa menyokong atau membantah kondoisinya
* Beri kesempatan untuk mengungkapkan persepsi dan daya orientasi
Rasional:
Klien perlu dikembangkan kemampuannya untuk menilai realita secara adequat agar klien dapat beradaptasi dengan lingkungan.Klien yang berada dalam keadaan gelisah, bingung, klien tidak menggunakan benda-benda tersebut untuk membahayakan diri sendiri maupun orang lain.

5. Lindungi klien dan keluarga dari bahaya halusinasi :
* Kaji halusinasi klien
* Lakukan tindakan pengawasan ketat, upayakan tidak melakukan pengikatan.
Rasional:
Klien halusinasi pada faase berat tidak dapat mengontrol perilakunya. Lingkungan yang aman dan pengawasan yang tepat dapat mencegah cedera.

6. Tingkatkan peran serta keluarga pada tiap tahap perawatan dan jelaskan prinsip-prinsip tindakan pada halusinasi.
Rasional:
Klien yang sudah dapat mengontrol halusinasinya perlu sokongan keluarga untuk mempertahankannya.

7. Berikan obat-obatan antipsikotik sesuai dengan program terapi (pantau keefektifan dan efek samping obat).
Rasional:
Obat ini dipakai untuk mengendalikan psikosis dan mengurangi tanda-tanda agitasi.


b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, status emosional yang meningkat.

Batasan kriteria :
Penurunan berat badan, konjunctiva dan membran mukosa pucat, turgor kulit jelek, ketidakseimbangan elktrolit dan kelemahan)

Sasaran jangka pendek :
Klien dapat mencapai pertambahan 0,9 kg t hari kemudian
Hasil laboratorium elektrolit sserum klien akan kembali dalam batas normal dalam 1 minggu

Sasaran jangka panjang :
Klien tidak memperlihatkan tanda-tanda /gejala malnutrisi saat pulang.

INTERVENSI & RASIONAL

1. Monitor masukan, haluaran dan jumlah kalori sesuai kebutuhan.
Rasional:
Informasi ini penting untuk membuat pengkajian nutrisi yang akurat dan mempertahankan keamanan klien.

2. timbang berat badan setiap pagi sebelum bangun
Rasional:
Kehilangan berat badan merupakan informasi penting untuk mengethui perkembangan status nutrisi klien.

3. Jelaskan pentingnya nutrisi yang cukup bagi kesehatan dan proses penyembuhan.
Rasional:
Klien mungkin tidak memiliki pengetahuan yang cukup atau akurat berkenaan dengan kontribusi nutrisi yang baik untuk kesehatan.

4. Kolaborasi
* Dengan ahli gizi untuk menyediakan makanan dalam porsi yang cukup sesuai dengan kebutuhan
* Pemberian cairan perparenteral (IV-line)
* Pantau hasil laboraotirum (serum elektrolit)

Rasional:

Kolaborasi :
* Klien lebih suka menghabiskan makan yang disukai oleh klien.
* Cairan infus diberikan pada klien yang tidak, kurang dalam mengintake makanan.
* Serrum elektrolit yang normal menunjukkan adanya homestasis dalam tubuh.

5. Sertakan keluarga dalam memnuhi kebutuhan sehari-hari (makan dan kebutuhan fisiologis lainnya)
Rasional:
Perawat bersama keluarga harus memperhatikan pemenuhan kebutuhan secara adequat.


c. Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial) berhubungan dengan sistem penbukung yang tidak adequat.

Batasan kriteria :
Kurang rasa percaya pada orang lain, sukar berinteraksi dengan orang lain, komnuikasi yang tidak realistik, kontak mata kurang, berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri, afek emosi yang dangkal.

Sasaran jangka pendek :
Klien siap masuk dalam terapi aktivitas ditemani oleh seorang perawat yang dipercayai dalam 1 minggu.

Sasaran jangka panjang :
Klien dapat secara sukarela meluangkan waktu bersama klien lainnya dan perawat dalam aktivitas kelompok di unit rawat inap.

INTERVENSI & RASIONAL

1. Ciptakan lingkungan terapeutik :
- bina hubungan saling percaya ((menyapa klien dengan rama memanggil nama klien, jujur , tepat janji, empati dan menghargai).
- tunjukkan perawat yang bertanggung jawab
- tingkatkan kontak klien dengan lingkungan sosial secara bertahap.
Rasional:
Lingkungan fisik dan psikososial yang terapeutik akan menstimulasi kemmapuan klien terhadap kenyataan.

2. Perlihatkan penguatan positif pada klien.
Temani klien untuk memperlihatkan dukungan selama aktivitas kelompok yang mungkin merupakan hal yang sukar bagi klien.
Rasional:
Hal ini akan membuat klien merasa menjadi orang yang berguna.

3. Orientasikan klien pada waktu, tempat dan orang.
Rasional:
Kesadaran diri yang meningkat dalam hubungannya dengan lingkungan waktu, tempat dan orang.

4. Berikan obat anti psikotik sesuai dengan program terapi.
Rasional:
Obat ini dipakai untuk mengendalikan psikosis dan mengurangi tanda-tanda agitasi.


d. Kurangnya perawatan diri berhubugan dengan kemauan yang menurun

Batasan kriteria :
Kemauan yang kurang untuk membersihkan tubuh, defekasi, berkemih dan kurang minat dalam berpakaian yang rapi.

Sasaran jangka pendek :
Klien dapat mengatakan keinginan untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari dalam 1 minggu

Sasaran jangka panjang :
Klien mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri dan mendemosntrasikan suatu keinginan untuk melakukannya.

INTERVENSI & RASIONAL

1. Dukung klien untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari sesuai dengan tingkat kemampuan klien.
Rasional:
Keberhasilan menampilkan kemandirian dalam melakukan suatu aktivitas akan meningkatkan harga diri.

2. Dukung kemandirian klien, tetapi beri bantuan klien saat kurang mampu melakukan beberapa kegiatan.
Rasional:
Kenyamanan dan keamanan klien merupakan priotoritas dalam keperawatan.

3. Berikan pengakuan dan penghargaan positif untuk kemampuan mandiri.
Rasional:
Penguatan positif akan menignkatakan harga diri dan mendukung terjadinya pengulangan perilaku yang diharapkan.

4. Perlihatkan secara konkrit, bagaimana melakukan kegiatan yang menurut klien sulit untuk dilakukannya.
Rasional:
Karena berlaku pikiran yang konkrit, penjelasan harus diberikan sesuai tingkat pengetian yang nyata.


e. Ketidaktahuan keluarga dan klien tentang efek samping obat antipsikotik berhubungan dengan kurangnya informasi.

Batasan kriteria :
Adanya pertanyaan kurangnya pengetahuan, permintaaan untuk mendaptkan informasi dan mengastakan adanya permaslah yang dialami kien.

Sasaran jangka pendek :
Klien dapat mengatakan efek terhadap tubuh yang diikuti dengan implemetasi rencana pengjaran.

Sasaran jangka panjang :
Klien dapat mengatan pentingnya mengetahui dan kerja sama dalam memantau gejala dan tanda efek samping obat.

INTERVENSI & RASIONAL

1. Pantau tanda-tanda vital
Rasional:
Hipotensi ortostatik mungikn terjadi pada pemakain obat antipsikotik, Pemeriksaan tekanan darah dalam posisi berbaring, duduk dan berdiri.

2. Tetaplah bersama klien ketika minum obat antipsikotik
Rasional:
Beberapa klien mungkin menyembunyikan obat-obat tersebut.

3. Amati klien akan adanya EPS, 4. Pantau keluaran urine,dan glukosa urine
Rasional:
Distonia akut (spame lidah, wajah, leher dan punggung), akatisia (gelisah, tidak dapat duduk dengantenag, mengetuk-negetukan kaki, pseudoparkinsonisme (tremor otot, rifgiditas, berjalan dengan menyeret kaki) dan diskinesia tardif (mengecapkan bibir, menjulurkan lidah dan gerakan mengunyah yang konstan).

4. Beritahu klien bahwa dapat terjadi perubahan yang berkaitandengan fungsi seksual dan menstruasi.
Rasional:
Wanita dapat mempunyai periode menstruasi yang tidak teratus atau amenorhea dan pria mungkin mengalami impotensi atau ginekomastik.
Selengkapnya...

MITOS SEPUTAR KEHAMILAN

0 comments

Seperti kita ketahui, banyak sekali mitos-mitos mengenai ibu hamil yang beredar di masyarakat. Tidak jarang mitos-mitos seperti ini membuat pusing para calon ibu. Nah, untuk lebih jelasnya berikut beberapa mitos yang sering ditemui di masyarakat beserta pandangannya dari segi medis:

1. Minum es bisa membuat bayi dalam kandungan menjadi besar.

Tidak ada kaitan ilmiah antara minum es dengan bayi besar. Air es sama sekali tidak mempunyai kalori, jadi tidak mungkin bisa memperbesar bayi. Bayi tumbuh besar adalah karena asupan kalori yang didapat dari makanan ibu.

2. Air kelapa muda bisa bikin bayi lahir bersih tanpa banyak lendir.

Air kelapa muda tidak mempunyai pengaruh apa-apa terhadap lendir yang menyertai persalinan. Sebenarnya lendir yang banyak keluar selama proses persalinan justru akan memperlancar proses kelahiran bayi.

3. Minum beberapa sendok air kelapa pada minggu-minggu terakhir bisa memperlancar persalinan.
Mitos ini juga tidak benar, sebab yang licin cuma tenggorokan dan bukan jalan lahir. Lagipula saluran tempat bayi keluar bukan lewat saluran pencenaan, melainkan lewat vagina.

4. Puting payudara menghitam berarti akan mendapatkan bayi laki-laki.

Jika hal itu benar maka akan banyak jumlah pria di dunia ini. Perlu diketahui, putting payudara yang menghitam selama kehamilan disebabkan oleh hormon, jadi tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin bayi.

5. Jika kandungan maju ke depan berarti bayinya laki-laki, sedangkan bila melebar ke samping berarti bayinya perempuan.

Kenyataannya jika kandungan menonjol keluar maka kemungkinan si ibu memiliki badan yang pendek, sehingga tidak ada tempat bagi bayi kecuali menonjol keluar.

6. Menyusui bayi dapat mencegah kehamilan berikutnya.

Menyusui bayi hanya efektif untuk mencegah kehamilan pada 6 bulan pertama. Selain persyaratannya harus menyusui penuh, bayi juga tidak diberi makanan tambahan dan si ibu sendiri belum mendapatkan haid. Sedotan pada putting susu akan merangsang hipifisis otak mengeluarkan hormon prolaktin. Hormon ini mencegah indung telur mengeluarkan telur (ovum), sehingga tidak memungkinkan terjadinya kehamilan.

7. Dipijat/diurut supaya posisi bayi tidak sungsang.

Memijat/mengurut untuk memposisikan bayi adalah sangat berbahaya karena bisa mengakibatkan kematian janin. Sebenarnya bayi berada dalam kolam air ketuban, dia seharian jungkir balik, dan dia sendiri yang memposisikan diri, jadi tidak perlu diposisikan orang lain.
Selengkapnya...

Tuesday, February 10, 2009

MLM oh… MLM...

2 comments

Nah ditulisan ini aku ingin mengungkapkan betapa dongkolnya aku dengan yang namanya MLM (T******)!!! Kisah ini bermula kurang lebih 2 taon yang lalu. Saat itu tanteku yang kebetulan satu rumah denganku ikut-ikutan terjun ke dunia MLM. Awalnya sich aku cuek aja, karena tanteku juga ga maksa aku buat ikut. Tapi pada suatu hari upline tanteku datang ke rumah, rupanya melihat ada ^mangsa^ baru dia mulai promosi di depan aku. Aku yang dari awal emang sama sekali ga tertarik cuma diam aja. Karena bete denger dia ngomong (apalagi banyak omongannya yang ga masuk akal), aku bilang aja secara terang-terangan kalo aku ga tertarik. Hee.. ga tau dia tersinggung apa tidak, dia lantas pergi dengan memberikan formulir MLM tersebut. Katanya sich kali aja aku berubah pikiran (padahal ga bakalan Cin!!!) ogah…!

Lama-lama aktivitas para MLMers ini bikin aku gerah juga. Gimana ga, tanteku jadi kayak terkena brainwash!! Tiap hari kerjaannya Cuma nyari anggota, ikut pertemuan lah, seminar, OPP, ih.. ga banget dech! Tapi sebenernya yang paling bikin aku kesal adalah si upline ini, aku sama sekali ga suka cara dia ngomong yang begitu mengagungkan MLM, seolah-olah orang hanya bisa sukses kalo dia ikut MLM! Di antara omongannya yang paling bikin aku sebel:
- MLM (T******) ada di lebih dari 200 negara (yang bener aja, emang negara di dunia ada berapa?)
- Ikut MLM (T******) pasti sukses, asal jangan berhenti (masa sich? Coba dech liat berapa jumlah anggota yang ikut dan bandingin sama jumlah yang dapat reward!)
- Obat dari MLM (T******) berasal dari ramuan Cina yang udah lebih dari 5000 taon, jadi obat-obatan yang ada sekarang ga ada apa-apanya (hm.. kalo aku sich lebih percaya sama obat yang bener-bener udah lulus uji klinis, ketimbang obat-obatan ga jelas yang khasiatnya cuma berdasarkan pada pengalaman dan testimoni belaka)
- Taon 2010 MLM (T******) akan menjadi sangat besar, jadi bagi mereka yang ikut sekarang nantinya pada 2010 udah pada sukses (yeah.. kita liat aja nanti!)
- dan bla.. bla.. bla..! Pokoknya banyak dech!!!

Anyway, tulisan ini aku buat bukan untuk melecehkan atau menjelek-jelekkan MLM tertentu. Aku sich cuma berharap agar masyarakat sekarang jadi lebih pinter dalam menanggapi sesuatu. Jangan lantas percaya begitu saja dengan janji-janji muluk MLM. Apalagi tak jarang para pelaku MLM mencari anggota yang berasal dari kalangan bawah yang notabene juga berpendidikan rendah, padahal kan kasian,, orang-orang seperti itu nyari duit buat makan aja susah!! Lagian kapan Indonesia bisa maju kalo masyarakatnya pada males kerja karena cuma ngarep sama yang namanya MLM!

Jadi, daripada buang-buang duit buat beli produk MLM, mending kita beli produk asli Indonesia, itung-itung bantu pemerintah buat nambah devisa, tul ga…?
Selengkapnya...

Monday, February 9, 2009

MERAYAKAN VALENTINE, PENTING GA SICH…??

0 comments

Perayaan Valentine mungkin merupakan salah satu moment yang paling ditunggu-tunggu oleh banyak remaja, tapi tahukah mereka apa sebenarnya Valentine itu?

Sejarah Valentine's Day
Jika dilihat dari sejarahnya, Valentine sebenarnya adalah seorang martir yang karena kesalahan dana sifatnya yang dermawan diberi gelar saint atau santo. St. Valentine dibunuh pada tanggal 14 Februari 270 M karena pertentangannya dengan penguasa Romawi, yaitu Raja Claudius II (268-270 M). Pada masa itu Raja Claudius II mempunyai kebijakan yang melarang prajurit-prajuritnya untuk menikah karena menurutnya menikah akan membuat prajurit loyo dalam berperang. Secara diam-diam, St. Valentine tetap menikahkan para prajurit. Mengetahui hal ini Raja Claudius II marah besar dan menghukum mati St. Valentine. Setelah kematiannya, para pengikutnya kemudian memperingati hari kematian St. Valentine sebagai bentuk penghargaan atas jasa-jasanya. Setelah masuknya ajaran Nasrani di Romawi, Paus Gelasius I pada tahun 496 M memasukkan upacara ritual kuno tersebut ke dalam agama Nasrani dengan tujuan agar lebih mendekatkan lagi kepada ajaran Nasrani.

Pandangan Islam tentang hari Valentine

Di dalam Islam tidak pernah mengenal hari Valentine atau hari kasih sayang. Kasih sayang dalam Islam tidaklah terbatas pada waktu atau hari tertentu. Kita dianjurkan untuk mengasihi siapapun itu, baik keluarga ataupun sahabat asal masih dalam koridor agama Islam. Karena itu, sebagai seorang muslim, sebaiknya kita tidak ikut mencontoh atau merayakan Valentine yang jelas bukan berasal dari Islam. Apalagi jika melihat pergeseran makna perayaan Valentine sekarang yang identik dengan pergaulan bebas. Mulai dari tukar-tukaran kartu dan hadiah, pesta, hingga kencan yang akhirnya berujung pada perbuatan zina.

Nah, melihat latar belakang serta banyaknya mudharat dari perayaan Valentine, masihkah remaja-remaja Islam ingin merayakannya?
Selengkapnya...

HARAPAN UNTUK OBAMA

1 comments

Barack Hussein Obama telah resmi dilantik menjadi presiden Amerika Serikat yang ke-44. Dia adalah salah satu presiden paling fenomenal dengan mencatat sejarah sebagai presiden kulit hitam pertama di Amerika Serikat. Obama sendiri lahir dari seorang ayah bernama Barack Hussein Obama yang berasal dari Kenya. Ibunya beranama Ann Dunham, seorang wanita Amerika Serikat berkulit putih. Obama kecil pernah melewati hari-harinya di Indonesia, ketika sang ibu menikah lagi dengan Lolo Soetoro, seorang mahasiswa Indonesia yang kuliah di Amerika Serikat.

Dengan terpilihnya Obama mungkin banyak warga dunia yang menaruh harapan besar di pundaknya. Selain penyelesaian krisis ekonomi global, Obama juga dihadapkan pada permasalahan konflik di Timur Tengah yang tak kunjung usai. Tetapi akankah Obama bersikap lebih fair dan tidak mendukung Israel secara membabi buta seperti layaknya Bush? Yaa.. sebaiknya kita jangan terlalu yakin, karena dalam salah satu pidatonya Obama secara terang-terangan menyatakan dukungannya kepada Israel, dia bahkan menyebut siapa yang mengancam Israel berarti juga mengancam Amerika serikat. Hubungan mesra Israel-Amerika Serikat ini diperkirakan akan terus berlanjut pada masa pemerintahan Obama, apalagi jika melihat sebagian besar dana kampanye Obama berasal dari Yahudi.

Lalu bagaimana dengan Indonesia sendiri, negara yang pernah disinggahi Obama semasa kecilnya. Akankah Obama mampu membawa angin perubahan bagi negeri ini? Mungkin jika Obama berhasil menuntaskan krisis ekonomi global dampaknya juga akan terasa di Indonesia. Tetapi tidak hanya itu, kita juga berharap agar Amerika Serikat tidak lagi bersikap arogan, terlalu mengintervensi, dan suka ikut campur urusan negara lain. Selain itu, mengingat Indonesia adalah negara berpenduduk muslim terbanyak di dunia, kita juga perlu berharap agar Obama bisa mengembalikan citra Islam yang sudah terlanjur dicap sebagai teroris pada masa pemerintahan Bush.
Selengkapnya...

ASUHAN KEPERAWATAN PANTI (LANSIA)

4 comments

KONSEP DASAR LANJUT USIA

Usia 55 tahun di Indonesia merupakan indikasi seseorang memasuki lanjut usia. Proses penuaan dipicu oleh laju peningkatan radikal bebas dan sistem penawar racun yang semakin berubah seiring berjalannya usia.

Faktor-faktor proses penuaan ; faktor genetik, faktor endogenik dan faktor eksogenik (faktor lingkungan dan gaya hidup) yang akan mempengaruhi kesepatan proses penuaan.

- Faktor genetik ;
1. Penuaan diri.
2. Resiko penyakit.
3. Intelegensia.
4. Pharmakogenetik.
5. Warna kulit.
6. Tipe atau kepribadian seseorang.

- Faktor endogenik ;
1. Perubahan struktural dan penurunan fungsional.
2.Kemampuan/skill.
3. Daya adaptasi.
4. Kapasitas kulit untuk mensintesis vitamin D.

- Faktor lingkungan ;
1. Diet/asupan zat gizi.
2. Merokok.
3. Tingkat polusi.
4. Pendidikan.
5. Obat.
6. Penyinaran sinar ultraviolet.

Mengendalikan proses penuaan
Penuaan diri dapat dikendalikan dengan cara berikut :
- Meningkatkan kualitas hidup lansia, mencegah apa yang dapat dicegah, mengontrol, menunda dan memperbaiki apa yang tidak dapat dicegah.
- Memperbaiki gaya hidup dengan mengkombinasikan diet, aktifitas fisik, terapi medis dan farmakologis.

Kecanggihan tekhnologi kedokteran dalam mengendalikan proses penuaan seperti bedah kosmetik, terapi hormon dan rekayasa genetika mempunyai nilai positif dan negatif yang harus dipertimbangkan. Rahasia tetap muda dengan kesehatan fisik dan mental yang prima hanya didapat dengan menerapkan gaya hidup sehat sedini mungkin.

Perubahan-perubahan pada lansia ;
a. Perubahan fisik
- Komposisi tubuh
1. Peningkatan jumlah lemak.
2. Penurunan kekuatan otot.
3. Penurunan/pengurangan air tubuh.
4. Penurunan massa tulang.

- Sistem pencernaan
1. Gigi.
2. Penurunan sensitifitas indera penciuman dan perasa.
3. Penurunan produksi asam lambung dan enzim pencernaan.
4. Penurunan absorbsi.
5. Penurunan motilitas usus.
6. Obat-obatan.
7. Perubahan fungsi hati.

- Penurunan sistem kekebalan tubuh

- Sistem jantung

Efesiensi kerja jantung dalam memompa darah menjadi berkurang.

- Sistem pernafasan
Penurunan fungsi paru.

- Otak dan sistem saraf
Penurunan kemampuan otak dan penurunan daya ingat.


- Sistem metabolisme dan hormon

Penurunan fungsi hormon didalam tubuh.

- Sistem ekskresi
Penurunan fungsi ginjal.

- Masa tulang
Berkurangnya massa tulang.

b. Perubahan mental

Beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan mental ;
- Tipe kepribadian.
- Faktor sosial.
- Faktor budaya.

Perubahan mental pada lansia dapat dikurangi dengan sikap positif masyarakat pada lansia, dengan cara ;
- Tidak menilai lansia sebagai orang lusuh, lemah, siap dibuang dan beban bagi orang lain.
- Para lansia harus merasa sebagai orang baru dan menjadikan masa lansia sebagai massa yang menggairahkan.
- Penurunan kemampuan dan penyakit jangan dijadikan beban, tetapi harus terus dimotifasi untuk meningkatkan disiplin dalam mencapai kesehatan yang prima.
- Bangkitkan optimisme dalam menciptakan kesehatan dan kebugaran pada lansia.

Datangnya berbagai penyakit pada lansia ;

Faktor gizi turut berpengaruh terhadap munculnya berbagai penyakit pada lansia. Penyakit-penyakit yang umum menjangkiti lansia ;
- Rematik.
- Hypertensi.
- Jantung koroner.
- Diabetes Melitus.
- Osteoporosis.
- Kanker.
- Kepikunan.
- Malnutrisi.
- Katarak.
- Anemia.
- Anoreksia.
- Konstipasi.
- Dehidrasi.

Kiat bugar di usia lanjut
- Perhatikan dan tangani masalah diet, asupan zat gizi dan penggunaan obat pada lansia.
- Perbaiki faktor mental pada lansia.
- Tingkatkan aktifitas fisik lansia.

Diet, gizi dan obat
a. Masalah-masalah seputar diet lansia.
- Masalah sensitifitas indera penciuman dan perasa.
Adaptasi yang dapat dilakukan pada perubahan sensitifitas ;
1. Hilangkan image pilihan terhadap suatu makanan merupakan faktor genetik dan tidak bisa diubah.
2. Pilihlan makanan secara bertahap sesuai dengan kondisi lansia yang dapat menunjang kebugaran.
3. Kurangi konsumsi makanan yang dapat menurunkan kepekaan indera.
4. Kurangi konsumsi makanan yang dapat menstimulus penurunan kepekaan indera perasa.
5. Sabar dalam melakukan perubahan dalam pilihan makanan.
6. Singkirkan gaya hidup keliru dan mengikuti trend.
7. Memotifasi usaha perubahan.

- Masalah pengunyahan.
Tips untuk mengatasi masalah pengunyahan pada lansia ;
1. Makanan yang disajikan harus lembut, agak berair.
2. Makanan dipotong menjadi bagian yang kecil.
3. Sertakan minuman atau cairan didalam makanan.
4. Konsultasi dengan ahli diet atau dokter, jika mengalami kesulitan pengunyahan yang cukup serius.


- Masalah pola makan dan keadaan gizi lansia.
Hal ini terjadi akibat perubahan pola makan yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan yang dialaminya, baik secara fisik dan mental. Perubahan dapat berasal dari lingkungan maupun dari kondisi kesehatannya.

b. Gizi lansia.

Kondisi gizi yang baik pada lansia ditentukan oleh hal berikut ;
1. Kesehatan sel-sel tubuh.
2. Penerapan pedoman diet lansia untuk memenuhi kecukupan gizi.
3. Pengawasan penggunaan obat pada lansia sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap penyerapan zat gizi yang akan membahayakan kesehatan tubuh.

Pedoman diet lansia agar hidup sehat dan bugar ;
1. Menerapkan pola makan beragam dan bergizi seimbang.
2. Membatasi asupan energi dan lemak.
3. Perhatikan konsumsi komponen gizi yang penting untuk menunjang kebugaran.
4. Membiasakan mengkonsumsi serat dan cairan yang cukup setiap hari.

c. Penggunaan obat pada lansia.
Pedoman penggunaan obat ;
1. Obat harus digunakan secara rasional ; tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat, tepat dosis serta waspada terhadap efek samping obat.
2. Perhatikan pengaruh konsumsi makanan terhadap aktifitas khasiat obat.
3. Konsultasikan selalu dengan dokter, waktu penggunaan obat, jenis obat yang tepat serta dosis yang tepat.

Penggunaan obat yang aman dan menyehatkan ;
- Selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan obat.
- Sebelum melakukan pengobatan lakukan review dengan dokter mengenai obat yang telah diberikan.
- Perhatikan selalu informasi yang tercantum didalam label kemasan obat.
- Disiplin dalam menggunakan obat.
- Hindari frekwensi penggunaan obat yang berlebihan.

Latihan fisik pada lansia
Hal yang perlu diperhatikan ;
- Perhitungkan kemampuan fisik.
- Lakukan latihan pemanasan cukup lama sebelum latihan inti.
- Perhatikan kemampuan awal sebelum membuat program latihan.
- Tingkatkan proporsi latihan secara bertahap, teratur dan sistematis.
- Jangan menjatuhkan kepala ke belakang.
- Jangan melakukan hiperekstensi pada punggung dalam posisi berdiri.
- Jangan lakukan gerakan yang cepat pada kepala.
- Hindari beban yang berlebihan.

Latihan fisik untuk lansia ;
- Aktifitas aerobik, misal ; Jalan kaki, jogging, melompat, bersepeda, senam dan berenang.
- Lakukan gerakan kepala ke samping dan ke depan.
- Ulangi gerakan sebanyak 8 – 16 kali.
- Kelenturan dapat dilatih dengan memperbanyak aktifitas fisik dalam kehidupan sehari-hari.
- Latihan menggunakan beban yang bertujuan untuk memperkuat otot dan tulang.

Perlu diperhatikan ;
1. Naikan beban perlahan.
2. Hindari cidera.
3. Lakukan 3 kali/minggu atau 2 kali/minggu.
- Bagi penderita hypertensi, jantung atau masalah peredaran darah sebaiknya tubuh menggunakan beban waktu jalan.
- Mereka yang memiliki masalah pada leher, punggung dan lengan jangan menggunakan beban.
- Lakukan pengulangan (rutin) sehingga lama beban itu terasa semakin ringan. Selengkapnya...

 

dez's blog Copyright © 2008 D'Black by Ipiet's Blogger Template