Saturday, March 14, 2009

Stevens-Johnson Syndrome


Baru-baru ini aku sering liat berita mengenai Nita (22), seorang pasien asal Blitar yang wajahnya melepuh akibat alergi obat. Nita mulai dirawat di RSSA Malang sejak awal pekan lalu karena diduga sebagai korban malpraktik dokter. Namun dari hasil observasi medis diketahui kalau ternyata Nita terkena Stevens-Johnson Syndrome, sejenis penyakit sebagai dampak dari alergi obat.

Apakah Stevens-Johnson Syndrome itu?
Stevens-Johnson Syndrome atau yang biasa disingkat SJS, adalah reaksi buruk yang sangat gawat terhadap obat. Efek samping obat ini mempengaruhi kulit, terutama selaput mukosa. Stevens-Johnson Syndrome pertama kali ditemukan oleh dua dokter, yaitu dr. Stevens dan dr. Johnson pada tahun 1922. Namun ketika itu kedua dokter tersebut tidak dapat menentukan penyebabnya.

Apa Penyebab SJS?
Hampir semua kasus SJS disebabkan oleh reaksi toksik terhadap obat, terutama antibiotik (sulfa dan penisilin), antikejang (fenitoin) dan antinyeri, termasuk yang dijual tanpa resep (ibuprofen). Reaksi ini dialami segera setelah mulai minum obat, biasanya dalam 2-3 minggu.

Apa Gejala SJS?
Gejala SJS biasanya dimulai dengan demam, sakit kepala, batuk dan pegal yang dapat berlanjut dari 1-14 hari. Kemudian pasien mengalami ruam datar berwarna merah pada muka dan batang tubuh, seringkali kemudian meluas ke seluruh tubuh dengan pola yang tidak rata. Daerah ruam membesar dan meluas, sering membentuk lepuh di tengahnya. Kulit lepuh sangat longgar, dan mudah lepas bila digosok.

Siapa Saja yang Dapat Mengalami SJS?
SJS dapat mengenai orang dari semua umur, tetapi anak dan perempuan biasanya lebih rentan.

Resiko SJS
SJS adalah reaksi yang gawat, bila tidak diobati dengan baik dapat menyebabkan kematian. Tetapi hal ini dapat dicegah dengan pengobatan yang baik sebelum gejala menjadi semakin parah.

Terapi SJS
Yang pertama harus dilakukan adalah segera menghentikan pemakaian obat yang dicurigai sebagai penyebab reaksi. Dengan tindakan ini, kita dapat mencegah pemburukan.

Belum ada obat yang spesifik untuk pasien SJS. Kompres saline atau Burrow solution untuk menutupi bagian kulit yang terbuka. Alternatif lain adalah calamine lotion. Sementara beberapa ahli ada yang meresepkan cyclophosphamide, plasmapheresis, hemodialysis, ciclosporin, dan thalidomide.

Pasien dengan SJS harus dirawat inap, dan kewaspadaan dilakukan secara ketat untuk menghindari infeksi. Pasien SJS membutuhkan pendekatan tim yang melibatkan dokter spesialis luka bakar, penyakit dalam, mata, dan kulit. Cairan elektrolit dan makanan cair dengan kalori tinggi harus diberikan untuk mendorong cepatnya pemulihan. Antibiotik diberikan bila dibutuhkan untuk mencegah sepsis. Obat antinyeri seperti morfin juga diberikan agar pasien merasa lebih nyaman.


Yang perlu diingat juga, bila penyakit ini sampai mengenai mata, maka bisa terjadi kebutaan. Jadi, kenalilah gejala awal SJS dan segera periksa ke dokter adalah cara terbaik untuk mengurangi efek jangka panjang yang ke depannya nanti dapat sangat mempengaruhi penderitanya.

1 comments:

Anonymous said...

Nice dispatch and this post helped me alot in my college assignement. Gratefulness you seeking your information.

 

dez's blog Copyright © 2008 D'Black by Ipiet's Blogger Template